Posts from the ‘aplikasi 6600’ Category

Rename Recycle Bin

Kecenderungan setiap orang adalah ingin segala sesuatunya berbeda dari yang lainnya, tidak terkecuali dalam hal per-komputer-an. Banyak nama default Windows yang kita otak-atik dengan memberi nama yang “aneh-aneh” dan ini akan memberi kepuasan tersendiri bagi yang melakukannya. Termasuk mengganti nama Recycle Bin menjadi nama sesuka kita. Bersama tips trik komputer, kita ikuti tipsnya berikut ini.

Seperti biasa, dalam tips Mengganti Nama Recycle Bin, kita menggunakan fasilitas Windows registry editor, dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Klik Start >> Run >> kemudian ketik regedit kemudian tekan OK atau ENTER hingga akan terbuka jendela registry editor.

2. Kemudian klik HKEY_CLASSES_ROOT >> CLSID >> {645FF040-5081-101B-9F08-00AA002F954E} seperti screenshot berikut ini.recycle-bin

3. Kemudian klik double default name yang ada di panel sebelah kanan hingga akan mencul jendela Edit String seperti di bawah ini.

recycle-bin01

4. Kemudian pada value data, ganti dengan nama “sesuka Anda” dilanjutkan dengan menekan OK.

5. Tutup jendela Registry Editor

6. Restart PC / laptop

7. Selesai

Coba sekarang Anda buka Windows Explorer maka Anda akan mendapati Recycle Bin sudah berubah menjadi nama yang Anda kehendaki tersebut.

PUISI-PUISI SOEKARNO

Lembar kehidupan

matahari menggeliat dan terjaga dari tidurnya
warna merah jingga menghias angkasa
aku pun tafakur dalam sujud
memohon ridlo-NYA melangkahkan kaki
menapaki tanah terjal bebatuan
luaslapangnya padang pasir
luasdalamnya lautan biru
dan tinggi tak berbatasnya angkasa raya
yang terlintas dibuku – buku pelajaran

lembar demi lembar
kuejabaca kata demi kata rangkaian kalimat
di lembaran tanah terjal bebatuanmu
kutemu pepohonan, tanah merah yang menyatu dikesuburanmu
di lembaran luaslapangnya padang pasir
kutemu jutaan butiran pasir membara
di lembaran luasdalamnya lautan birumu
kutemu air, ikan dan pepohon laut
di lembaran tinggi tak berbatasnya angkasa rayamu
kutemu angin, mendung, matahari, bulan, bintang
dan burung burung beterbangan

membuka lembaran demi lembaran
kehidupan banyak rintangperintang membolamata
menghadang
aku terus melaju
membuka lembaran buku – buku  pelajaran
hingga habis kutelanbaca
karena aku ingin sampai di garis cakrawala

semarang, 120405

Menatap merah putih

Menatap merah putih
melambai dan menari – nari di angkasa

kibarannya telah banyak menelan korban
nyawa dan harta benda

berkibarnya  merah putih
yang menjulang tinggi di angkasa

selalu teriring senandung lagu Indonesia Raya
dan tetesan air mata
dulu, ketika masa perjuangan pergerakan kemerdekaan
untuk mengibarkan merah putih
harus diawali dengan pertumpahan darah
pejuang yang tak pernah merasa lelah
untuk berteriak : M e r d e k a

menatap
merah putih adalah perlawanan melawan angkara murka
membinasakan penidas dari negeri tercinta
indonesia

menatap
merah putih adalah bergolaknya darah
demi membela kebenaran dan azasi manusia
menumpas segala penjajahan
di atas bumi pertiwi

menatap
merah putih adalah kebebasan
yang musti dijaga dan dibela
kibarannya di angkasa raya

berkibarlah terus merah putihku
dalam kemenangan dan kedamaian

semarang, 120405

Suatu saat kita susun cerita bersama
: bapak Soekiswanto

Tanpa terasa empat kalender terlampaui
disaat semilir angin merekaterat

uliran tali dan persenyawaan
dua warna yang berbeda

matahari pun perlahan terus melangkah
kembali ke peraduaanya

esok
hari dan tanggal pun tenggelamkan
empat puluh delapan purnama
batas garis  birokrasi
kau lenyap samarkan
bulan pun ringan melenggang
mengutuhbulatkan lingkarannya dari gerhana

esok

hari dan tanggal pun bertambah
tanpa terasa empat kalender
telah habis tertelanbaca

diawalnya  pertemuan
perpisahan pun mengakhiri cerita
sesungguhnya rentang waktu
yang terlewatkan terlalu belia
tapi ini bukanlah akhir dari cerita kita
dalam menelusur jalan matahari
karena masih banyak cerita
yang musti kita susun bersama

tanpa terasa empat kalender
telah kita lalui bersama
diakhir cerita ini
tak ada kata lain
kecuali maaf
dan biarkan matahari terus melangkah
kembali keperaduannya
karena esok
masih banyak yang harus kita perjuangkan
meski ditempat yang berbeda
dan suatu saat kita akan menyusun cerita bersama

semarang 24072007

Cerita menjelang malam
: almarhum muhadi

Menjelang malam
dijalanan beraspal kau terobos semilirnya  angin
wajahmu  pucatpasi tanpa sinar matahari
gerimis menabuh kesunyian
dedaunan pun berguguran
berserakan dibahu jalan raya

sesungguhnya kau ingin berbagi cerita
pada anak istrimu yang terluka
pada orang orang yang mengelilingimu
di pembaringan
dengan mata sayu dan mulut kaku
engkau tetap diam dalam kebekuan
kecuali tak lebih untuk berontak
membelah langit  sap tujuh
yang berselimut kabut
dan mendung

di antara rasa sakit yang terus deraan tubuhmu
hujanpun berteriak keras
menenggelamkan gerimismu
yang menghilang dibalik malam
mencekam

esok
ketika matahari hampir di atas kepala
kau ternyata sudah jauh meninggalkan kita semua
kau pun tersenyum sembari melambaikan tangan
dan menghilang dibalik megamega.

Semarang, 2008

Wanita paro baya
: menangisnya ibu pertiwi

Masuk tengah malam disepanjang jalan siliwangi
sunyi dan sepi bergelayutan di ranting ranting cemara
angin pun lirih tak bersuara
wanita paro baya yang berdiri digerbang
makam belanda : Kerkof
mengigil kedinginan
ia menerawang jauh keselatan
membelah sebuah gang
jalanan paving bergelombang

”di situkah anak-anakku?” bisiknya

masuk tengah malam
dikejauhan yang samar
di bawah gemerlapnya lampu jalanan
beterbangan puluhan bahkan ratusan
kupu-kupu yang corak dan warna sayapnya
: berbeda

mereka asyikmasuk dalam pestapora
wanita paro baya yang mulai rabun
membelalakkan mata memperuncing  pengelihatan
dengan serak dan lantang berteriak :

“yang mana anak-anakku ?”

masuk tengah malam
semilir angin memerasremas dingin
wanita paro baya itu  menangis tanpa airmata
meratapi anak anaknya yang dulu menghisaphabis air susunya
hilang diperkebunan jalang

sebelum sempat menjerit
wanita paro baya itu terhempas
angin kencang, laju sebuah bus malam
ia pun hilang entah kemana
: mukso

Semarang, 29 pebruari 2009

Sajak  di balik pertemuan

Merenda kata diperbatasan
tak pernah tersempurnakan

kerna bulan selalu menghilang
dari atas kepala menyusup dikelopak mata
membutagelapkan  pertemuan
dan, kata demi kata pun tak pernah tuntas
: mengkalimat

di garis ini,
garis dimana kau dan aku
pernah melukis wajah tanpa warna
dan melepas anak panah ke jantung risau
kita pun diam
: membisu dan membalik arah
membiarkan angin berpusar menyapu
lepas simpul wajah kita
dan perbatasan yang belum kita tandai
jadi asing  untuk kita senggamai

dan akhirnya
merenda kata diperbatasan
tak pernah melahirkan mimpimimpi
: indah
kecuali : “ tanya “

semarang,  18 maret  2009

BIODATA : SOEKAMTO

Lahir di Semarang 44 tahun yang lalu (3 Nopember 1965). Mulai aktif menulis sejak tamat SMP, begitu bersahabatan dengan Handry TM dan Agus Maladi Irianto semangat kepenulisannya semakin terpacu. Masa kepengurusan Keluarga Penulis Semarang (KPS) dipimpin Handry TM tahun 90-an, ia aktif memegang devisi panggung sastra yang secara rutin mengadakan kegiatan bulanan di TBRS.

Karya–karyanya pernah dimuat di Harian Suara Merdeka, Wawasan, Kartika (alm), Bahari dll, puisinya juga mewarnai beberapa antologi puisi penyair Jawa Tengah (1991), Antologi Puisi Semarang “Lawang Sewu” (1995), Antologi Puisi Penyair Semarang dalam acara Festival Semarang (1996), Kumpulan puisi penyair Jawa Tengah (Jentera Terkasa) dalam rangka “Pasar Puisi “ Taman Budaya Jawa Tengah (1998). “ Langit Semarang” diterbitkan Taman Budaya Jawa Tengah bersama lima penyair Semarang, diantara Timur Sinar Suprabana, Handry TM dan Beno Siang Pamungkas (2008) dan membukukan sajak – sajaknya dalam Kumpulan Sajak “Bulan Pecah” (2008).

Bapak dua anak (Fia dan Azel) yang lahir dari istrinya Retno Dewi S. ini sekarang menjabat sebagai Sekretaris Umum Dewan Kesenian Semarang (dekase) periode 2008-2012.

PNS yang juga alumnus FH. UNTAG 1945 ini bekerja di Dinas Kependudukan  dan Pencatatan Sipil Kota Semarang.

SEORANG WANITA DALAM SEBUAH MISI

Sidra Khan melaporkan tentang ajakan Aisha Bhutta pada dunia untuk memeluk Islam The Guardian (London) Kamis 8 Mey 1997. Aisha Bhutta, dengan nama gadisnya Debbie Rogers, tampak tenang. Dia duduk di atas sofa dalam ruangan depan yang luas di rumah tempat tinggalnya di Cowdaddens, Glasgow. Dindingnya dihiasi dengan kutipan dari Alquran, sebuah jam khusus untuk mengingatkan keluarganya akan jam salat dan sebuah poster kota suci Mekah. Mata biru Aisha yang tajam bersinar dengan penuh semangat laksana semangat pengabar injil, dia tersenyum dengan pancaran cahaya yang hanya dimiliki oleh orang mukmin sejati. Wajahnya sangat jelas merupakan wajah gadis Skotland–tidak ada basa-basi, berselera humor baik–tetapi tertutup oleh hijab dengan baik. Bagi seorang gadis Kristen yang baik yang pindah memeluk Islam dan menikah dengan laki-laki muslim, hal ini cukup luar biasa. Tetapi lebih dari itu, dia juga telah mengislamkan orang tuanya, kebanyakan keluarganya dan paling tidak tiga puluh orang teman dan tetangganya. Keluarganya adalah pemeluk Kristen keras dengan mereka, Rogers biasanya menghadiri pertemuan Pasukan keselamatan. Ketika seluruh remaja di Britania mencium poster George Michael mereka dan mengucapkan selamat malam, Rogers punya foto Yesus tergantung di dinding kamarnya. Kemudian dia dapati bahwa Kristen tidak cukup; terlalu banyak pertanyaan yang tak terjawab dan dia merasa tidak puas dengan kekurangan struktur yang teratur dalam keyakinannya. “Ada lebih banyak hal yang harus kupatuhi daripada berdoa ketika aku merasa menyukainya.” Aisha pertama kali melihat calon suaminya, Muhammad Bhutta, ketika dia berumur 10 tahun dan menjadi pelanggan tetap di sebuah toko, yang dikelola keluarganya. Dia melihatnya sedang salat di belakang. “Ada keridhaan dan kedamaian dalam apa yang dilakukannya. Dia bilang dia adalah seorang Muslim. Saya berkata, “Apa itu Muslim?” Selanjutnya dengan bantuannya, dia mulai melihat Islam lebih dalam. Pada usia 17 tahun, dia sudah membaca seluruh isi Alquran dalam bahasa Arab. “Segala sesuatunya saya baca,” ucapnya, “Menimbulkan suatu perasaan.” Dia membuat keputusan untuk memeluk Islam pada umur 16 tahun. “Ketika saya mengucapkan kalimat syahadat, saat itu terasa bagaikan melepas beban berat yang selama ini saya pikul di pundak. Saya merasa seperti bayi yang baru dilahirkan”. Meskipun sudah memeluk Islam, orang tua Muhammad menentang pernikahan mereka. Mereka memandang dirinya sebagai seorang gadis barat yang akan menggiring anak tertua mereka pada kesesatan, dan membuat jelek nama keluarga. Dia sebagaimana diyakini oleh bapaknya Muhammad adalah “musuh terbesar.” Walaupun demikian, pasangan ini menikah di masjid setempat. Aisha memakai pakaian yang dijahit tangan oleh ibunya Muhammad dan saudari-saudarinya yang menyelinap menghadiri upacara menentang keinginan dari bapaknya yang menolak untuk hadir. Adalah nenek aisha yang membuka jalan dan ikatan antara para wanita. Dia datang dari Pakistan di mana pernikahn campur ras merupakan hal yang tabu, dan dia mendesak untuk bertemu dengan Aisha. Dia sangat terkesan dengan fakta bahwa dia telah belajar Alquran dan bahasa Punjab kemudian dia meyakinkan yang lainnya. Perlahan, Aisha, sekarang 32 tahun, menjadi bagian dari keluarga itu. Orang tua Aisha, Michael dan Marjory Rogers, bagaimanapun menghadiri pernikahan, mereka lebih khawatir dengan pakaian yang sekarang dipakai anak gadisnya dan apa yang akan dipikirkan para tetangga. Enam tahun kemudian, Aisha memulai misi untuk mengislamkan mereka dan keluarganya yang lain, kecuali saudari perempuannya (saya masih berusaha). “Suami saya dan saya berusaha mengislamkan ibu dan ayah, memberitahu mereka tentang Islam dan mereka melihat perubahan pada diriku, seperti, saya telah berhenti membantah.” Ternyata ayah Aisha lebih sulit direkrut, maka dia mendapat bantuan dari ibunya yang baru Islam (yang telah meninggal karena kanker). “Ibu dan saya terus berbicara pada ayah tentang Islam dan ketika kami sedang duduk di sofa dapur, suatu hari ayah bilang, “Apa kata-kata yang kalian ucapkan ketika menjadi seorang Muslim?” “Saya dan Ibu langsung melompat ke atasnya.” Tiga tahun kemudian, saudara Aisha memeluk Islam melalui telepon–terima kasih pada British Telecom. Kemudian istri dan anak-anaknya ikut, dan diikuti oleh anak laki-laki dari saudarinya. Ini tidak berhenti di situ. Keluarganya memeluk Islam. Aisha mengalihkan perhatiannya pada orang-orang Cowcadden. Setiap Senin selama 13 tahun yang lalu, Aisha mengajar tentang Islam untuk wanita-wanita Skotlandia. Sejauh ini dia telah membantu mengislamkan lebih dari 30 orang. Para wanita itu berasal dari latar belakang aturan yang membingungkan. Trudy, seorang dosen di Universitas Glasgow dan mantan seorang Katholik, menghadiri pelajaran Aisha murni karena ia ditugasi untuk menulis beberapa penelitian. Tetapi setelah enam bulan mengikuti, dia masuk Islam, dan memutuskan bahwa Kristen terlalu berbelit-belit dengan ketidakkonsistenan logika. Tidak seperti Aisha, Trudy memilih untuk tidak memakai hijab, karena yakin bahwa itu interpetasi kaum lelaki terhadap Alquran. Keluarganya tidak tahu bahwa dia telah masuk Islam. “Bisa saya katakan bahwa dia mulai terpengaruh dengan pembicaraan,” kata Aisha. Bagaimana dia bisa katakan? “Saya tidak tahu, itu hanya perasaan.” Kelasnya terdiri dari gadis-gadis muslim yang terpengaruh idealisme barat dan perlu diselamatkan, wanita muslim yang berpengalaman yang ingin sebuah forum terbuka untuk diskusi mengasingkan mereka di masjid setempat yang didominasi pria, dan ini benar-benar menarik dalam Islam. Aisha menyambut baik semua pertanyaan. “Kita tidak bisa mengharapkan orang-orang untuk percaya secara buta.” Suaminya, Muhammad Bhutta, sekarang 41 tahun, kelihatan tidak terlalu tergerak untuk mengislamkan orang laki-laki Skotlandia. Dia biasanya membantu restoran keluarga, tetapi tujuan utamanya dalam hidup ini adalah untuk menjamin lima anak pasangan ini tumbuh sebagai muslim. Yang tertua, Safia, hampir 14 tahun tidak menolak rasa malu untuk mengislamkan orang. Suatu hari dia bertemu seorang wanita di jalan dan membawakan belanjaannya, wanita itu menghadiri pelajaran Aisha dan sekarang dia seorang muslim. “Saya bisa katakan dengan jujur bahwa saya tidak pernah menyesalinya,” ucap Aisha tentang masuk Islamnya dia. “Setiap pernikahan mengalami pasang surut dan kadang-kadang anda butuh sesuatu untuk mendorong anda keluar dari kesulitan. Tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap kesulitan itu memiliki kemudahan.” Maka ketika anda menghadapi situasi sulit, anda berusaha agar kemudahan itu datang.” Muhammad lebih romantis, “Saya merasa kami sudah saling mengenal satu sama lain selama berabad-abad dan tidak terpisahkan satu sama lain. Menurut Islam, anda tidak hanya teman hidup, anda bisa menjadi teman di surga dengan baik selamanya. Itu merupakan hal yang indah, anda tahu itu.”

Sumber: Diterjemahkan dari a Woman on a Mission